Thursday, July 31, 2008

Anak Jalanan

Berbekal kumpulan tutup botol yang disusun sembarang,
Berkain kumal yang melekat di badan,
Bersandal kulit di atas panas aspal jalanan,
Berharap koin cepek dari tuan yang lewat.

Anak jalanan, anak yang malang,
Mencari uang untuk makan sekali.
Anak jalanan, anak yang tenang,
Tuan tidak memberi, masih ada yang lain.
Anak jalanan, memang anak jalanan,
Teman sebaya belajar di sekolah untuk hidup nanti,
Anak jalanan hidup sekarang di jalanan ramai,
Hidup nanti jangan dipikir sekarang.

SUBUH

Kumandang bacaan Qur'an terdengar jelas ,
Memanggilku untuk mengambil air wudhu,
Menuju masjid megah untuk menghadap Allah,
Menjalankan sholat Subuh yang wajib.

Dalam penantian waktunya sholat,
Kupandang jemaah yang terpekur khusuk,
Membaca surah Qur'an,
Berdoa untuk mendapatkan keberkahan Yang Kuasa.

Termenung aku kembali menyadari,
Betapa hidup ini harus diisi dengan kebaikan,
Harus selalu dijaga supaya jalan fitrah yang diambil,
Karena sudah begitu banyak kemudahan dan keuntungan yang diberikan oleh Allah,
Sejak dari dilahirkan sampai saat ini.

Dalam doaku setelah yang wajib,
Kumohon kedamaian dan kemudahan selalu dilimpahkan,
Untuk umat manusia di dunia ini,
Untuk keselamatan kita semua.

Wednesday, July 30, 2008

PERJUANGAN HIDUP

Kaki ini mulai melangkah perlahan,
Walaupun terseok, namun pasti maju ke depan
Meninggalkan yang pernah dilalui,
Menghalaukan kenangan yang merasuk dalam.

Dalam helaan nafas yang diambil,
Dalam hitungan waktu untuk menata kekuatan kembali.
Sejenak kepala ini menoleh kembali,

Terlihat gumpalan bayangan yang samar,
Terkumpul dalam luasan yang mengembang,
Seakan mengikuti kemana kaki ini melangkah,
Seolah tidak rela melepas perginya tubuh ini.

Helaan nafas kembali menjadi topangan,
Kenangan itu harus dihalaukan kembali,
Untuk menatap ke depan yang telah menanti,
Walaupun damai belum pasti mendekat.

AKU RINDU KAMU

Seolah senyuman dan sapaanmu yang selalu kamu tunjukkan setiap aku menatapmu,
itu berdesir di kedua telingaku.

Seakan kehadiranmu dengan sosok yang menggemaskan,
itu menari luwes di kornea mataku.

Seakan suara tawa dan candamu yang menggodaku untuk menanggapi,
itu memenuhi ruangan di tempatku berada.

Seolah, seakan dan serasa semua itu begitu setia mengiringiku dalam setiap langkah di jalan hidup ini.

Namun itu belumlah cukup untuk menenteramkan hati yang galau ini,
hati yang resah, hati yang kosong, hati yang hancur.

Ketiadaanmu membuat ruang dalam jalan hidup yang kutempuh serasa sesak,
dipenuhi hambatan maya yang menggantung di depan setiap langkah,
yang memagari sisi jalan setiap arah tujuan.

Kejauhanmu membuatku selalu terisak di dalam doaku ke Yang Maha Esa,
membuatku menggulirkan butiran airmata saat kupandang foto kita bersama,
menggoreskan luka bersalah di hatiku setiap mengingatmu.

Anakku, aku sangat merindukanmu,
Aku sangat kehilangan kamu,
Aku tidak bisa merasakan bahagianya menjadi seorang bapak yang dengan perkasanya menggendong kamu,
mencubit kamu, mencandai kamu setiap saat.

Anakku, aku sangat rindu kamu.